PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
MELALUI OPTIMALISASI PERAN GURU SEBAGAI SUBYEK PEMBELAJAR
Abstrak
Mathematics is one of the material which reputed
difficulty and boring for many student. Usually, the student don’t like
mathematics. Therefore, this article aimed to analyze the problems with
increasing motivation the students about mathematics learning. It is also to
optimise the actor of teachers in learning. There are many manner to improve
motivation the student to learn mathematics. One of manner are: 1) increasing
the mathematics competence; 2) ready to design the mathematics learning; 3)
used to models, strategies, and method of mathematics learning with
appropriate; 4) be the profesional mathematics teachers; 5) the teachers can be
parents, educator, fasilitator, motivator, and good consultant for their students.
Keyword: motivation,
mathematics learning, mathematics competences
A.
Pendahuluan
Matematika
merupakan salah satu ilmu yang begitu penting perannya dalam kehidupan manusia.
Dengan peran sebagai pelayan bagi bidang keilmuan lainnya, matematika sudah
memberikan banyak kemudahan bagi penerapan ilmu-ilmu tersebut, seperti pada bidang
fisika, biologi, kedokteran, teknik, dan lain sebagainya. Oleh karena itu,
sudah selayaknya siswa sebagai pembelajar perlu mempelajari matematika di dalam
kelas.
Salah
satu tujuan pembelajaran matematika (Depdiknas, 2006) adalah siswa memiliki
sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin
tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan masalah. Dengan demikian, sudah seharusnya siswa mempunyai
motivasi belajar yang tinggi terhadap matematika sebagai salah satu mata
pelajaran yang diajarkan di dalam kelas. Siswa senang dan tertantang untuk
meningkatkan kemampuan dalam matematika.
Namun
demikian, keadaan nyata yang ada pada diri siswa bahwa matematika adalah mata
pelajaran yang sulit dan tidak menyenangkan. Akibatnya motivasi siswa dalam
belajar matematika semakin menurun dan cenderung semakin hilang. Oleh karena
itu, perlu kiranya langkah-langkah strategis untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa pada pembelajaran matematika. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
adalah optimalisasi peran guru sebagai subyek pembelajar dalam pembelajaran matematika.
Lalu, bagaimanakah langkah-langkah strategis meningkatkan motivasi belajar
matematika siswa melalui optimalisasi peran guru sebagai subyek pembelajar?
Tulisan berikut akan mengupas optimalisai peran guru untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
B.
Konsep
Motivasi Belajar
Menurut
Muhibbin Syah (2002: 92), belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sementara motivasi adalah kondisi
psikis seseorang untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, motivasi belajar
adalah kondisi psikis seseorang yang mendorong untuk belajar. Motivasi belajar ini
perlu dipahami oleh siswa maupun guru dalam proses pembelajaran.
Jenis
motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi primer dan motivasi sekunder
(Dimyati dan Mujiono, 2006: 86-89). Motivasi primer adalah motivasi yang
didasarkan pada motif-motif dasar terutama berasal dari segi biologis ataupun
jasmani seseorang. Sedangkan motivasi sekunder adalah motivasi yang muncul
karena seseorang telah mempelajari atau memahami sesuatu terlebih dahulu.
Adapun
menurut sifatnya, motivasi belajar dibedakan menjadi dua macam. Motivasi
belajar yang timbul dalam diri siswa disebut motivasi intrinsik, sedangkan motivasi
yang muncul karena dorongan perilaku seseorang yang ada di luar diri siswa
disebut motivasi ekstrinsik (2006: 90-91). Motivasi intrinsik terjadi karena
siswa mempunyai dorongan dan keinginan untuk berprestasi, beraktualisasi diri,
dan memahami serta menguasai ilmu yang dipelajarinya. Sementara motivasi
ekstrinsik siswa diperoleh dari guru, orangtua, teman, atau masyarakat.
Seseorang yang ada di luar diri siswa menginspirasi serta memberikan dorongan
dan semangat pentingnya untuk belajar dengan giat sehingga cita-cita yang
diharapkan dapat tercapai.
Untuk
memuncul motivasi intrinsik siswa, dapat juga berasal dari motivasi ekstrinsik.
Motivasi yang ada di luar diri siswa ini dapat membuat siswa sadar dan paham
bahwa pelajaran yang ia pelajari begitu penting dalam kehidupannya kelak.
Misalnya saja, motivasi belajar siswa terhadap matematika yang rendah dapat dibangkitkan
kembali guru dengan cara model pembelajaran yang menyenangkan atau menceritakan
kisah sukses tokoh yang pandai dalam bidang matematika.
C.
Konsep
Pembelajaran Matematika
Pembelajaran
merupakan suatu upaya menata lingkungan baik fisik, sosial, kultural,
psikologis, dan spritual sehingga memberikan nuansa bagi tumbuh dan
berkembangnya proses belajar. Dengan kata lain, pembelajaran bagi siswa
bersifat eksternal (datang dari luar diri siswa) yang dirancang dan
direncanakan dengan sengaja. Oleh karena itu, pembelajaran diselenggarakan
dengan suatu tujuan tertentu.
Adapun
matematika secara istilah berasal dari bahasa latin, manthanein atau mathema
yang diartikan belajar atau hal yang dipelajari. Dalam bahasa Belanda,
matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti yang berkaitan dengan
penalaran (1993: 119). Secara lebih lengkap matematika dapat diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari tentang bilangan-bilangan, penalaran, berpikir logis, dan algoritma
yang berguna dalam pemecahan masalah sehari-hari.
Dengan
demikian, pembelajaran matematika merupakan usaha sengaja mengajarkan kepada
siswa tentang ilmu matematika yang dapat membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama. Akibatnya, siswa memiliki kemampuan memperoleh,
mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang
selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Selain itu, pembelajaran tersebut
dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam
pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan
simbol, tabel, diagram, dan media lain (Depdiknas, 2006).
Kemudian, hal yang paling penting dalam pembelajaran
matematika adalah pembelajaran bermakna (meaningful learning).
Maksudnya, pembelajaran matematika tidak mementingkan hafalan, tetapi lebih
ditekankan pada penyajian bahan pelajaran yang mengutamakan pemahaman konsep-konsep matematika beserta
manipulasinya dan aplikasinya (1993: 139).
D.
Guru
sebagai Subyek Pembelajar
Guru
merupakan subyek pembelajar bagi siswa-siswanya. Begitu pentingnya peran guru
sehingga guru juga berperan sebagai fasilitator, pembimbing, dan pemberi umpan
balik siswa. Terkait pembelajaran matematika, tidak dipungkiri bahwa salah satu
keberhasilan pembelajaran adalah peran gurunya.
Dalam
pembelajaran, siswa mempunyai beragam motivasi, baik motivasi instrinsik maupun
motivasi ekstrinsik. Tidak salah bila peran guru sebagai pembimbing dan
penasihat di sini sangat dibutuhkan. Apalagi jika siswa yang mengikuti
pembelajaran mengalami penurunan motivasi belajarnya. Oleh karenanya, guru
dapat menggolongkan motivasi belajar dari siswa-siswanya. Sedangkan jika siswa
mengalami penurunan motivasi belajar, guru dapat memberikan motivasi ekstrinsik
kepada siswanya.
Secara
umum, menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 37), peran guru dalam pembelajaran di
antaranya adalah sebagai berikut.
1.
Membuat
desain pembelajaran secara tertulis, lengkap, dan menyeluruh.
2.
Meningkatkan
kemampuan diri untuk menjadi seorang guru yang berkepribadian utuh.
3.
Bertindak
sebagai guru yang mendidik.
4.
Meningkatkan
profesionalitas keguruan.
5.
Melakukan
pembelajaran untuk meningkatkan mutu belajar dengan menerapkan berbagai model
pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi siswa, bahan belajar, dan kondisi
sekolah.
6.
Ketika
berhadapan dengan siswa, guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran,
pembimbing belajar, dan pemberi umpan balik.
Lebih
lanjut dijelaskan (2006: 101-107), bahwa guru dapat melakukan upaya-upaya
tertentu agar motivasi belajar siswa semakin meningkat, di antaranya adalah
sebagai berikut.
1.
Optimalisasi
penerapan prinsip belajar
Pada dasarnya siswa
sudah memahami arti penting belajar dibandingkan aktivitas lainnya, semisal
bermain dan menonton TV. Oleh karenanya, guru tidak perlu menjelaskan panjang
lebar arti pentingnya belajar bagi kehidupan mereka. Guru dapat memberikan
beberapa hal penting yang terkait dengan prinsip belajar sehingga pembelajaran
yang dilakukan menjadi bermakna, yakni:
a.
guru
menjelaskan tujuan belajar yang sedang dilakukan,
b.
guru
memberikan permasalahan yang menantang kepada siswa dengan urutan peletakkan yang
terstruktur dengan baik,
c.
guru
mampu memusatkan segala kemampuan mental siswa dalam program tertentu, semisal
membuat pembelajaran dalam pengajaran berbentuk proyek,
d.
guru
memberikan tambahan bahan belajar siswa yang disesuaikan dengan perkembangan
jiwanya dan tentunya bahan belajar ini disusun dari yang paling sederhana hingga
yang paling menantang,
e.
guru
memberikan pemahaman tentang prinsip penilaian dan manfaat nilai belajarnya
bagi kehidupannya di masa depan.
2.
Optimalisasi
unsur dinamis belajar dan pembelajaran
Terkadang semangat
belajar yang siswa begitu kuat, akan tetapi bisa juga semangat itu kendur dan
bisa hilang sama sekali. Hal ini terjadi tidak lepas karena adanya permasalahan
dan hambatan yang mereka temui. Peran guru tentunya sangat penting dalam
situasi seperti ini. Upaya optimalisasi yang dapat dilakukan guru antara lain
adalah:
a.
memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan belajar yang mereka alami,
b.
memelihara
minat, kemauan, dan semangat belajar siswa sehingga terwujud tindak belajar,
c.
memohon
kepada orangtua atau wali siswa untuk memberikan kesempatan kepada siswa
mengaktualisasikan dirinya,
d.
memanfaatkan
unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar, misalnya surat kabar dan internet,
e.
menggunakan
waktu secara tertib atau manajemen waktu belajar bagi siswa,
f.
memberi
penguatan rasa percaya diri jika hambatan dan masalah yang ditemui dalam
belajar dapat diatasi dengan sukses.
3.
Optimalisasi
pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa
Siswa tentu pernah
menemui hal-hal yang mudah, sedang, dan sukar ketika mempelajari pelajarannya.
Pengalaman belajar ini bagi guru sangatlah berharga, sebab guru sebagai
fasilitator belajar bisa memantau tingkat kesukaran belajar bagi
siswa-siswanya. Untuk itu, upaya optimalisasi yang dapat dilakukan guru adalah:
a. memberikan tugas kepada siswa untuk membaca bahan belajar
sebelumnya dan mencatat hal-hal sukar yang ditemuinya kemudian menanyakan
kepada guru,
b. mempelajari hal-hal yang sukar bagi siswa,
c. memecahkan hal-hal yang sukar tersebut dengan mencari
cara pemecahannya,
d. mengajarkan cara memecahkan kesukaran tersebut kepada
siswa dan memberikan keberanian untuk memecahkan kesukaran,
e. mengajak siswa mengalami dan mengatasi kesukaran,
f. memberi kesempatan kepada siswa yang mampu memecahkan
masalah untuk membantu teman-temannya yang mengalami kesukaran,
g. memberi penguatan kepada siswa yang berhasil mengatasi
kesukaran belajarnya sendiri,
h. menghargai pengalaman dan kemampuan siswa agar belajar
secara mandiri.
4.
Pengembangan
cita-cita dan aspirasi belajar
Sementara itu, guru
juga dapat meningkatkan motivasi siswa melalui pengembangan cita-cita dan
aspirasi belajar. Upaya-upaya yang dapat dilakukan yakni:
a.
menciptakan
suasana kelas yang menggembirakan,
b.
mengikutsertakan
semua siswa untuk memelihara fasilitas belajar,
c.
mengajak
serta siswa membuat perlombaan unjuk belajar,
d.
mengajak
peran orangtua siswa untuk ikut melengkapi fasilitas belajar seperti buku
pelajaran, alat olah raga, dan kebun percobaan,
e.
mendorong
siswa untuk mencatat keinginan-keinginannya di sebuah buku, kemudian mencatat
keinginan yang tercapai dan tidak tercapai serta mendiskusikannya, dan selanjutnya
siswa diajak merumuskan kembali keinginan-keinginan baru yang diperkirakan
mudah tercapai.
E.
Optimalisasi
Peran Guru sebagai Subyek Pembelajar untuk Meningkatkan Motivasi Siswa dalam
Pembelajaran Matematika
Seperti
yang dijelaskan pada bagian pendahuluan, matematika bagi sebagian besar siswa
adalah mata pelajaran yang menakutkan dan membosankan. Sehingga siswa enggan
untuk mempelajari matematika dengan kemampuan dan kesediaan yang optimal. Motivasi
siswa dalam belajar matematika turun dan cenderung hilang. Keadaan ini tentu
sangat bertentangan karena ilmu matematika sangat penting bagi kehidupan. Oleh
karena itu, selayaknya guru sebagai subyek pembelajar dapat berperan dengan
optimal.
Upaya
yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi siswa tentu sangat
beragam. Berdasarkan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat dirumuskan
langkah-langkah yang bisa ditempuh supaya motivasi belajar siswa dalam
pembelajaran matematika bisa meningkat. Adapun langkah-langkah tersebut adalah
sebagai berikut.
1.
Menguasi
kemampuan matematika dengan sebaik mungkin.
Guru merupakan
seorang yang dianggap segalanya bagi siswa. Maksudnya, sebagai seorang yang
menyampaikan suatu ilmu (matematika), tentu guru dianggap siswa paham segalanya
tentang matematika. Kesulitan-kesulitan yang ditemui saat belajar matematika,
bagi siswa dianggap mudah untuk guru. Jangan sampai dijumpai seorang guru
matematika mengajarkan konsep matematika kepada siswanya dengan konsep yang
salah, sebab hal ini membuat siswa meremehkan kemampuan seorang guru sehingga
motivasi dan minat siswa dalam belajar matematika menurun. Oleh karenanya,
penguasan kemampuan matematika bagi seorang guru yang mengajarkan matematika mutlak
diperlukan. Andaikan dalam suatu pembelajaran ditemui kesulitan menjawab suatu
soal matematika, guru harus bijak untuk memberikan penjelasan kepada siswanya.
Barangkali guru bisa membahas soal matematika tersebut pada pertemuan
selanjutnya.
2.
Mempersiapkan
perencanan pembelajaran matematika dengan baik.
Suatu proses
pembelajaran akan berjalan dengan baik jika sebelumnya dipersiapkan dan
direncanakan dengan matang. Demikian pula dalam pembelajaran matematika, guru
seharusnya mempersiapkannya dengan matang. Tujuan pembelajaran suatu konsep
matematika dijelaskan kepada siswa, sehingga siswa menjadi tahu kegunaan atau
tujuan saat mempelajari konsep tersebut. Misalnya saat mempelajari konsep Bentuk
Pangkat, Akar, dan Logaritma dalam pelajaran matematika kelas X tingkat SMA.
Tujuan pembelajaran dari pokok bahasan tersebut dijelaskan oleh guru. Tentunya
tujuan tersebut disesuaikan dengan standar kompetensi (SK) atau kompetensi
dasar (KD) yang akan dicapai dari pokok bahasan tersebut. Dalam standar isi
(Depdiknas, 2006) disebutkan bahwa tujuan yang akan dicapai adalah siswa mampu
menggunakan aturan pangkat, akar, dan logaritma. Selain
itu, juga siswa mampu melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan yang
melibatkan pangkat, akar, dan logaritma
Selain langkah tersebut, guru juga
perlu mempersiapkan desain pembelajaran, termasuk di dalamnya silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tanpa adanya desain pembelajaran,
dikhawatirkan kegiatan pembelajaran tidak sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.
3.
Menggunakan
model, strategi, dan metode pembelajaran matematika tepat.
Suatu pembelajaran
akan berlangsung dengan efektif dan efisien jika menggunakan model atau
strategi pembelajaran yang sesuai dengan keadaan materi dan keadaan siswa. Maksudnya,
saat mengajarkan konsep matematika, seorang guru bisa memilih metode dan model pembelajaran.
Misalnya, materi yang dapat diterapkan dengan strategi pembelajaran
kontekstual, maka guru bisa mencoba untuk melakukannya. Contohnya, pokok
bahasan Aritmatika Sosial untuk SMP kelas VII. Siswa bisa diajak untuk
mempratikkannya secara langsung tentang konsep aritmatika dalam jual beli.
Di samping itu, seorang guru saat
memilih metode pembelajaran juga harus melihat kondisi siswa. Jika siswa
terlihat bosan dengan metode ceramah, tentunya dalam menyampaikan suatu konsep,
guru dapat menerapkan suatu metode tertentu yang lebih menarik untuk
menjelaskan konsep tersebut. Selain itu, metode ceramah biasanya tidak
digunakan untuk pembelajaran yang memerlukan partispasi aktif dari siswa (1993:
243). Misalnya, guru ingin menjelaskan pembuktian dalil Pythagoras untuk siswa
SMP kelas VIII. Guru dapat menggunakan metode penemuan untuk membuktikannya.
Pastinya dengan didukung pengunaan alat peraga.
Dengan
menggunakan metode dan strategi yang tepat, siswa akan semangat dan termotivasi
dalam belajar matematika. Siswa merasa pembelajaran matematika menyenangkan dan
tidak membosankan.
4.
Profesionalitas
seorang guru.
Guru memang
dituntut untuk menjadi profesional pada bidangnya. Oleh karena itu, guru perlu
terus meng-upgrade kemampuan dan kematangan kepribadiannya. Hal ini
dapat diperoleh dengan mengikuti pelatihan, seminar, lokakarya, pertemuan
ilmiah, dan perlombaan-perlombaan yang terkait dengan matematikan sehingga dapat
mengasah kemampuan seorang guru.
Diharapkan
dengan melihat performance gurunya, siswa akan termotivasi ingin seperti
gurunya. Jika saja guru yang mengajar terlihat cakap dan sangat menguasai
materi yang diajarkan, siswa akan merasa bangga dengan gurunya itu, yang
selanjutnya akan memunculkan sikap positif siswa untuk meniru.
Membiasakan
diri untuk menulis dan meneliti juga dapat meningkatkan profesionalitas seorang
guru. Kegiatan ini pastinya dapat memberikan nilai tambah bagi guru. Selain
itu, jika kegiatan penelitian yang dilakukan ada pada kegiatan pembelajarannya,
hasilnya dapat dimanfaatkan bagi proses pembelajaran di kelas.
5.
Guru
berperan sebagai orangtua, pembimbing, pendidik, fasilitator, motivator, dan konsultan
yang baik bagi siswa-siswanya
Hal yang sering
dilupakan oleh seorang guru adalah perannya menjadi orangtua yang selalu
memberikan bimbingan kepada anak-anaknya (siswa-siswanya). Saat belajar
matematika seringkali seorang siswa menemukan kesulitan dalam belajarnya. Seharusnya
kesulitan-kesulitan itu dipecahkan dengan bimbingan sepenuh hati seorang guru.
Seringkali seorang siswa takut untuk bertanya dan menyampaikan kesulitan
belajarnya kepada guru karena guru tersebut berperan seperti atasan yang tidak
perhatian terhadap bawahannya. Guru-guru tersebut membentak jika siswa yang
tidak bisa bertanya. Mereka tidak membimbingnya dengan sepenuh hati seperti
membimbing kepada anak sendiri. Sudah sepatutnya posisi guru yang demikian
harus dihilangkan dan tidak dipergunakan lagi.
Matematika bagi sebagian siswa adalah
pelajaran yang sulit. Dengan memberikan kepercayaan diri yang tinggi bahwa
siswa mampu untuk mempelajarinya dan menyelesaikan serta memecahkan
permasalahan matematika yang ditemui, pastinya siswa akan lebih termotivasi
untuk belajar matematika. Siswa tidak takut dan bosan dengan matematika. Bisa
jadi matematika menjadi pelajaran yang paling digemari di antara pelajaran yang
lainnya.
Selain
hal tersebut, seorang guru juga bertindak sebagai seorang konsultan bagi
siswa-siswanya. Terkadang permasalahan siswa yang dihadapi saat pembelajaran
matematika tidak hanya berasal dari dalam kelas saja. Siswa bisa jadi
bermasalah dengan cara belajar matematika yang baik untuknya. Jika hal ini
terjadi, sudah menjadi tugas guru untuk menjadi problem solver bagi
masalah belajar anak didiknya. Misalnya saja, perlu dijelaskan bahwa matematika
bukanlah pelajaran yang bisa dipelajari dengan membaca dan menghafal saja.
Belajar matematika perlu adanya latihan yang terus-menerus. Dengan berlatih
mengerjakan soal-soal latihan bersama kelompok belajarnya barangkali bisa
disampaikan kepada siswa yang mempunyai hambatan dalam belajar matematika.
Kemudian, pemilihan gaya belajar yang tepat juga bisa dijadikan cara agar siswa
tidak salah dalam memilih gaya belajarnya. Tentunya hal ini dapat dilakukan
dengan peran guru sebagai konsultan dan motivator bagi anak didiknya.
F.
Penutup
Motivasi
belajar matematika yang rendah sebenarnya dapat diatasi dengan mengoptimalkan
peran guru sebagai subyek pembelajar. Guru dapat melakukan upaya tertentu guna
mengoptimalkan perannya dalam meningkatkan motivasi intrinsik siswa dalam proses
pembelajaran.
Adapun
langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh seorang guru antara lain yakni dengan
meningkatkan kemampuan dalam menguasai matematika; mempersiapkan perencanan
pembelajaran yang baik; menggunakan strategi, model, dan metode pembelajaran matematika
yang tepat; meningkatkan profesionalitas guru; dan guru berperan sebagai
orangtua, pembimbing, pendidik, fasilitator, motivator, dan konsultan yang baik
bagi siswa-siswanya.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2006. Permendiknas
RI No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Rumini, Sri, dkk. 1993. Buku
Pegangan Kuliah Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
Suherman, Erman dan Udin S.
Winaputra. 1993. Materi Pokok: Strategi Pembelajaran Matematika.
Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.